JAKARTA, KORANRAKYAT.COM, 19 Oktober 2015, - Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo, mengapresiasi peluncuran buku “Autobiografi Eros Djarot” dan "Apa Kata Sahabat" yang merangkum perjalanan panjang seorang tokoh lintas zaman Eros Djarot.
"Sosok seniman, sutradara, jurnalis, sekaligus aktivis yang tidak pernah berhenti bersuara untuk kebenaran," kata Bamsoet panggilan akrabnya usai menghadiri peluncuran buku “Autobiografi Eros Djarot dan Apa Kata Sababat”, di Jakarta, Minggu (19/10/2025).
Hadir antara lain Guntur Soekarnoputra, Guruh Soekarnoputra, Wakil Ketua MPR RI Bambang Wuryanto, Marsekal TNI (Purn.) Djoko Suyanto, Aburizal Bakrie, Ganjar Pranowo, Jaya Suprana, Theo L Sambuaga, Tonny Wenas, Bambang Harimurti, Slamet Rahardjo, Abraham Samad serta para tokoh politik dan budayawan lainnya.
"Eros Djarot merupakan representasi dari keberanian berpikir bebas di tengah tekanan politik dan budaya yang kerap mengekang kreativitas. Ia adalah keteguhan seorang individu yang menolak dikotomi antara seni dan politik, antara idealisme dan realitas,” ujar Bamsoet yang mantan Ketua MPR RI.
Bamsoet yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan kekuatan utama Eros adalah kemampuannya menjembatani berbagai dunia, mulai dari seni, politik, budaya, dan bisnis, tanpa kehilangan keaslian dirinya.
"Eros mampu beradaptasi dengan zaman, tetapi tidak larut. Di musik, film, maupun media, jejaknya selalu konsisten dan menggugah kesadaran publik," tuturnya
Eros adalah seniman yang menjadikan kreativitas sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Dalam situasi politik yang sering berubah-ubah, sikap konsisten seperti yang ditunjukkan Eros adalah sesuatu yang jarang ditemukan.
“Eros tidak sekadar mengkritik, tetapi menawarkan gagasan. Di masa ketika banyak orang kehilangan arah moral, sosok seperti Eros menjadi kompas yang menuntun,” kata Bamsoet yang pernah menjabat Ketua DPR
Bamsoet menilai Eros Djarot sangat penting bagi generasi muda Indonesia yang kini tumbuh dalam budaya digital yang serba instan. Generasi milenial perlu belajar dari sosok Eros bahwa kreativitas sejati lahir dari keberanian berpikir dan ketulusan dalam berkarya. Tidak mengejar popularitas, tetapi mengedepankan kedalaman makna.
"Warisan terbesar Eros bukan sekadar karya monumental, tetapi keteladanan moral dan intelektual. Eros menolak menjadi 'penghibur' belaka. Ia memilih menjadi pejuang yang menggunakan seni sebagai senjata. Di tengah zaman yang sering menampilkan kepalsuan, ketulusan dan keberanian seperti itu menjadi oase yang menyegarkan,” pungkas Bamsoet. (aj))